Monday 29 December 2014

Education in Indonesia

Sebagai salah satu wahana pembentuk karakter anak bangsa, sekolah adalah lokasi penting dimana para generasi penerus bangsa dirawat dan dipupuk. Seiring pesatnya persaingan global yang semakin meningkat membuat negara ini memaksa dunia pendidikannya untuk tidak kalah dalam bersaing dalam derasnya persaingan global. faktor inilah yang membuat timbulnya experimen mutu pendidikan, metode pendidikan atau di indonesia disebut kurikulum pendidikan. Namun, bukan hanya masalah di atas yang dimiliki dunia pendidikan indonesia. dunia pendidikan di Indonesia masih memiliki beberapa kendala yang berkaitan dengan mutu pendidikan diantaranya adalah keterbatasan akses pada pendidikan, jumlah guru yang belum merata, serta kualitas guru itu sendiri dinilai masih kurang. Terbatasnya akses pendidikan di Indonesia, terlebih lagi di daerah berujung kepada meningkatnya arus urbanisasi untuk mendapatkan akses ilmu yang lebih baik di perkotaan.

Menurut pegiat pendidikan Indonesia, Anies Baswedan yang dilansir http://www.prestasi-iief.org/index.php/id/feature/68-kilas-balik-dunia-pendidikan-di-indonesia, keterbatasan akses pendidikan di daerah menjadi pangkal derasnya arus urbanisasi. "Yang menjadi persoalan, di Jabodetabek jumlahnya sudah proporsional, tapi jangan kita hanya bicara urban. Justru di luar urban itu kita punya masalah dan itu yang menyebabkan migrasi ke Jakarta," ujar Anies. Secara tidak langsung, masyarakat Indonesia didorong untuk melakukan urbanisasi karena keterbatasan fasilitas di daerah. Ia menilai akses pendidikan harus dibuka seluas-luasnya untuk seluruh masyarakat dengan penyediaan fasilitas yang mendukung program tersebut. "Kalau sekolah hanya di ibukota kecamatan, maka yang jauh kan jadi nggak bisa sekolah," tandasnya.

Memang betul, keterbatasan di daerah menjadi penyebab masyarakat indonesia melakukan urbanisasi. Namun ada faktor lainnya juga yang menyebabkan urbanisasi salah satunya lowongan pekerjaan. Kurangnya lapangan pekerjaan di indonesia menjadi faktor urbanisasi paling besar.

Kembali ke masalah pendidikan, sebenarnya sarana dan prasarana dapat di nomerduakan untuk melaksanakan pendidikan bila ditunjang oleh tenaga pendidik yang profesiaonal. tak jarang relawan di pedalaman daerah dapat melaksanakan kegiatan belajar mengajarnya. Namun tenaga pendidik sekarang pada umumnya di terima dengan persyaratan sejumlah uang, hingga tidak jarang kegiatan mulia ini (mengajar) dapat berubah tujuannya menjadi ladang untuk mencari keuntungan. bila sudah menjadi ladang bisnis maka mutu akan diabaikan. yang penting mewah, yang pentingmegah, yang penting kelas international tapi anak didiknya tidak dapat mengubah keadaaan bangsa ini. adakah guru yang mau bertanggung jawab atas negeri ini jika yang asalnya ikhlas mengajar menjadi materialistis. kalau model tenaga pendidik sudah seperti ini, bagaimana judulnya dihadapan tuhan?